Mengenal Aglonema dan Faktor-faktor Pertumbuhannya

Aglonema? apakah sobat pernah mendengar tentang tanaman tersebut? yah.. Aglonema tersebut merupakan salah satu jenis tanaman hias yang beberapa kali sering menjadi trending topic dan memiliki banyak penggemar. Lalu, Sudah sejauh mana nih sobat mengenal tanaman Aglonema? Kalau belum jangan kawatir, mike bakal ngajak sobat kenalan dengan tanaman Aglonema. 

yuk kita kenalan dengan tanaman Aglonema...

Pak Gregori aglonema
Pak Gregori (kiri) penyilang tanaman hias

Mengenal Aglaonema/Aglonema.

    Aglaonema berasal dari bahasa Yunani kuno, Aglaos berarti terang/ bersinar dan nema berarti benangsari, sehingga Aglaonema berarti benang bersinar terang. Menurut asal-usulnya Aglaonema berasal dari benua Asia, seperti Malaysia, Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Papua Nugini, Filipina, dan Indonesia.

Anggota keluarga Araceae (Diefferenbachia, Anthurium, Philodendron, dan Spathiphyllum) ini hidup di hutan-hutan yang teduh dengan tingkat intensitas sinar matahari rendah. Sosoknya tidak terlalu tinggi, hanya puluhan sentimeter, yang menarik adalah daun bulat lonjong mirip gunungan wayang (kesenian tradisional jawa) muncul menutupi batang sehingga penampilannya tampak kompak. Apalagi warna dan corak daunnya sangat memikat.

Beberapa Aglaonema spesies yaitu Aglaonema rotundum yang ditemukan di Sumatra Utara dan Nangroe Aceh Darusalam bagian selatan ini memiliki keistimewaan. Tanaman yang disebut daun seroja ini berdaun merah. Jenis inilah cikal bakal munculnya Aglaonema hybrid berdaun merah. Salah satunya, Pride of Sumatra yang merupakan “buah” persilangan Gregori Garnadi Hambali, penyilang tanaman hias yang tinggal di Bogor, Jawa Barat. 

Hadirnya Aglaonema “ciptaan” Greg pada tahun 1985 sekaligus menepis anggapan kalau tanaman ini berdaun hijau. Sebab, Aglaonema kerap dijuluki Chinese evergreen yang memang mencitrakan tanaman hias berdaun hijau dan dibudidayakan oleh orang Cina. Aglonema di Indonesia dikenal nama Sri Rejeki, yang memiliki filosofi tanaman hias pembawa rejeki/ keberuntungan.

Faktor-Faktor dalam Budidaya Aglonema

    Aglaonema dibudidayakan karena keindahan warna dan corak daun. Lingkungan pertanaman merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara keseluruhan.  Faktor-faktor ini meliputi faktor abiotik bagian atas media tumbuh (lingkungan sekitar pertanaman) yang meliputi :

1.Ketinggian tempat

    Aglaonema dapat tumbuh pada ketinggian sedang hingga rendah dan tempat tumbuh ideal tanaman agloanema berkisar antara 300 - 500 meter di atas permukaan laut.  Tanaman aglaonema yang tumbuh pada lokasi tempat yang relatif tinggi biasanya akan menampakkan performa lebih jangkung dan sukulen, warna hijau lebih dominan, warna merah kurang menyala dan daun kurang mengkilap.  Sedangkan pada dataran rendah, daun tanaman melekuk-lekuk (tidak tegar) dan cenderung melintir.  Namun pada kenyataannya, lingkungan pertanaman ini dapat dimodifikasi hingga mendekati kisaran lingkungan ideal yang mendekati kebutuhan tanaman.  Pada dataran rendah, rumah lindung aglaonema sering dilapisi paranet untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang memberikan efek panas yang berlebihan.  Penggunaan kipas (blower) dan alat pengkabutan merupakan cara lain untuk memodifikasi tempat tumbuh agar sesuai dengan kebutuhan tanaman.

 2.Suhu

    Aglaonema mudah beradaptasi dengan perubahan suhu di lingkungan tumbuhnya.  Namun, suhu optimal tetap diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman yang optimal.  Pada dataran sedang, suhu siang antara 24 - 27 derajat Celcius dan 18 - 21 derajat Celcius pada malam hari merupakan suhu yang disukai tanaman.  Sedangkan pada dataran rendah, lingkungan tanaman sebaiknya dimodifikasi hingga suhu lingkungan mendekati 27 - 30 derajat Celcius pada siang hari dan 21 - 24 derajat Celcius pada malam hari.  Suhu yang terlalu rendah ( < 20 derajat Celcius) akan menyebabkan warna daun akan terdegradasi dengan warna hijau akan lebih dominan dan daun yang tumbuh lebih kecil.  Sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan warna daun akan pudar dan pucat.  Suhu yang terlalu tinggi juga mempengaruhi penyerapan unsur hara oleh tanaman.  Beberapa unsur hara seperti P, memperlihatkan laju penyerapan yang semakin menurun seiring dengan meningkatnya suhu pada lingkungan pertanaman.

 3.Kelembaban

Kelembaban udara yang disukai aglaonema berkisar antara 55-75%.  Pada kelembaban rendah (<50%)/kondisi kering, tanaman akan lebih cepat layu terutama daun muda.  Sebaliknya, bila kelembaban terlalu tinggi, akan memancing penyebaran organisme pengganggu tanaman terutama penyakit dengan cepat.

 4.Cahaya

    Sesuai dengan habitat aslinya yang tumbuh di bawah rindangan tajuk hutan dengan intensitas cahaya rendah, maka aglaonema tidak menyukai terpaan sinar matahari langsung.  Kebutuhan intensitas cahaya tanaman aglaonema berkisar antara 1000 - 2.500 fc (footcandles).  Pada skala komersial, tanaman ini sering dipelihara dalam rumah lindung dengan atap plastik dan atau paranet.  Paranet berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke areal pertanaman.  Pada dataran rendah, pernaungan yang sering digunakan adalah 80 - 85 %.  Bila paranet jenis tersebut sulit dijumpai, maka pekebun biasanya menggunakan 2 lapis paranet 75 % yang diletakkan satu di atas pelindung plastik dan satu di bawah pelindung plastik.  Namun ada pula yang menggunakan pelindung paranet dan kemudian pelindung lain berupa plastik UV di bawahnya.

 5.Konstruksi Rumah Lindung

    Rangka rumah lindung dapat berupa bambu, kayu besi hingga beton dengan ketinggian minimal 3 meter dari atas permukaan tanah.  Atap rumah lindung berupa paranet dan lapisan kedap air seperti plastik UV atau polycarbonate.  Namun apabila rumah lindung sulit untuk dibuat karena faktor pembatas (misalnya, jumlah tanaman yang sedikit) maka tanaman dapat ditempatkan pada lokasi yang terhindar dari terpaan curah hujan yang langsung.  Terpaan curah hujan yang langsung selain dapat berakibat kerusakan fisik pada tanaman, juga menstimulasi kelembaban udara yang tinggi yang dapat memacu perkembangan hama dan penyakit secara cepat.  Terpaan air hujan langsung juga dapat mempercepat padatnya media tumbuh dan tercucinya unsur hara pada media tumbuh yang dapat berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman.

Bilamana rumah lindung dapat dibuat, sangat dianjurkan bagian sisi samping rumah lindung juga tertutup screen yang berguna untuk mengatur sirkulasi udara pada areal pertanaman dan untuk mengurangi kontak fisik serangga hama dengan tanaman.

6.Angin dan sirkulasi udara.

    Sirkulasi udara diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Bila kelembaban diatas 60% dan sirkulasi udara kurang baik maka akan menyebabkan timbulnya jamur yang dapat menyerang daun, batang maupun akar aglaonema. Demikian juga bila cahaya cukup, namun sirkulasinya kurang maka pupuk dan zat hara pada media tidak terserap secara optimal yang berakibat pada pertumbuhan dan kesuburan tanaman.

7.Media tanam dan pot serta repotting. 

    Media yang dipakai umumnya cukup zat hara makro dan mikro, pH sekitar 7/ netral, dan media cukup porous. Media dapat berupa tanah, ataupun campuran sabut kelapa/ cocopeat 30%, arang 30%, humus/ gambut 30% dan pupuk kandang 10%. Dapat juga ditambah pupuk an-organik. Ukuran pot disesuaikan dengan besar- kecilnya tanaman. Bahan dapat terbuat dari tanah, keramik, plastik, semen ataupun kayu. Pot dari plastik relatif ringan dan murah, namun tidak berpori sehingga tidak dapat menyerap kelebihan air. 

    Pada waktu menanam, bagian bawah diberi pecahan batu bata atau stereoform (1/4 atau 1/5 bagian), penanaman jangan terlalu dalam, dan jangan terlalu tinggi karena akan menganggu pertumbuhan tanaman serta tanaman mudah goyang/ tidak stabil bila kurang dalam. Repotting dan penggantian media dilakukan 6-12 bulan sekali. Hal ini untuk menghindari pertumbuhan kuman dan bakteri yang tumbuh di media tanam. Selain nutrisi dan menghindari jamur, pergantian media tanam yang terlalu sering juga kurang baik, sebab dapat menyebabkan tanaman menjadi stres. Tanaman memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan media tanam yang baru, sehingga perlu dilakukan perbaikan letak tanaman pada saat proses repotting. Aglaonema dapat juga ditanam di media tanam non tanah, seperti pakis dan sekam dan untuk mempercantik tanaman dapat menggunakan media tanam hidrogell.

8.Penyiraman dan curah hujan.

    Aglaonema merupakan tanaman yang menyukai kondisi semi basah atau dengan kelembaban cukup. Air penyiraman sebaiknya tidak mengandung kaporit, pH 7 atau mendekati netral. Penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan tanaman, umumnya sehari sekali. Bila kondisi panas, dilakukan dengan pengkabutan untuk membasahi daun agar tidak layu.

9.Pemupukan.

    Pupuk diperlukan tanaman berupa unsur makro dan mikro. Unsur makro diperlukan dalam jumlah besar, sedangkan unsur mikro jumlahnya relatif sedikit. Unsur makro yang mutlak diperlukan adalah N, P dan K. Unsur N berfungsi untuk pembentukan protein yang dibutuhkan oleh sel- sel tanaman untuk pertumbuhan. Unsur P untuk pembentukan inti sel dan pembelahan sel, pembentukan lemak, merangsang pembungaan, serta pembentukan biji dan ketahanan terhadap penyakit. Unsur K diperlukan tanaman untuk memperlancar proses kerja tanaman, menguatkan jaringan, daun, bunga dan buah agar tidak mudah gugur. Tanaman aglaonema termasuk tanaman hias daun, sehingga perlu N lebih tinggi dari unsur lainnya. Jenis- jenis pupuk yang dapat digunakan adalah

a. Pupuk kandang 

 Dapat diperoleh dari kotoran hewan yang telah matang/ jadi kompos. Pupuk dari kotoran kelelawar/ guano memiliki kandungan N,P dan K lebih tinggi dibanding pupuk kandang lainnya.

b. Humus

Berupa sisa- sisa tumbuhan berupa daun, batang, maupun akar yang membusuk atau melapuk secara alami oleh mikroorganisme. Humus yang baik berwarna hitam, berfungsi untuk menggemburkan media.

c. Kompos

Merupakan sisa- sisa tumbuhan dapat berupa daun, batang, akar, rumput, alang- alang, sampah organik dan kotoran hewan, melalui proses penguraian dengan bantuan mikroorganisme dan suhu yang sesuai bahan- bahan tersebut menjadi hancur dan  berwarna kehitaman. Bila sudah dingin, dan kehitaman dapat digunakan sebagai pupuk.

d. Pupuk buatan/ an organik.

Pupuk ini dibuat oleh pabrik, dengan menggunakan bahan kimia an organik dengan kadar serta kandungan yang bermacam- macam. Keuntungan penggunaan pupuk ini adalah dosis atau ukuran sudah dibuat sesuai kebutuhan tanaman. Umumnya digunakan di rumahkaca, ataupun pemupukan dengan cara modern memakai sprayer otomatis.

e. Novelgro.

Berupa pupuk cair berwarna hijau bening, mengandung cytokinin untuk meningkatkan dan mempertahankan kandungan klorofil daun tumbuh- tumbuhan, berfungsi untuk meningkatkan fotosintesis tanaman. Pengaruh pada tanaman menyebabkan tanaman tumbuh dan berkembang lebih cepat, warna daun lebih hijau dan menyerap hara lebih banyak. Pupuk ini diberikan 1-2 kali tiap bulan dengan konsentrasi satu cc per liter.

f. Atonik.

Merupakan hormon untuk merangsang pertumbuhan terutama bagian akar, mengaktifkan penyerapan unsurhara serta mempercepat tumbuhnya kuncup bunga.

g. Metalik.

Pupuk yang mengandung 9 macam unsur mikro, berfungsi untuk menyediakan unsur- unsur mikro yang diperlukan tanaman serta memperbaiki warna daun dan bunga tanaman.

10. Hama dan Penyakit.

    Pada umumnya Aglaonema yang berwarna hijau, jarang terserang hama/ insect, berbeda dengan Aglaonema silangan yang mempunyai warna bermacam- macam. Terlebih Aglaonema variegata lebih rentan terhadap hama dan penyakit tanaman. Hal ini mungkin disebabkan jumlah klorofil sedikit. Namun yang terpenting kondisi dan kebersihan tempat tumbuh, alat-alat budidaya, media maupun pekerja harus diperhatikan. Karena penyakit dapat terbawa oleh faktor-faktor tersebut. Timbulnya penyakit umumnya didukung pula oleh kondisi lingkungan. Lingkungan yang terlalu lembab, banyak hujan, terlalu banyak penyiraman, tanaman terlalu rapat, sirkulasi udara kurang bagus dapat menyebabkan tumbuh berkembangnya penyakit baik berupa jamur, bakteri maupun virus.

Bakteri yang biasanya menyerang Aglaonema adalah bakteri Erwinia, bagian yang sering diserang batang dan daun. Bagian terserang melepuh dan lunak, berbau tidak enak. Merusak jaringan batang dan daun sehingga berwarna kecoklatan atau disebut stem rot. 

Jamur, yang menyerang Aglaonema adalah Fusarium, Botrytis dan Phythium. Serangan jamur Fusarium ditandai dengan munculnya warna ungu pada bagian tepi batang dan daun, yang akhirnya membusuk. Serangan jamur botrytis, menyebabkan warna coklat keabu- abuan pada batang dan daun, berakhir dengan pembusukan. Pengendaliannya dengan memotong bagian yang terserang tanaman, kemudian dibuang dan dijauhkan dari tanaman sehat, mengatur sirkulasi udara dan menjaga kelembaban, mengatur sirkulasi udara dan menjaga kelembaban.



Sumber: 

Cybex.Pertanian


Kebon Langit
Kebon Langit Berbagi ilmu dan informasi bermanfaat seputar pertanian

Posting Komentar untuk "Mengenal Aglonema dan Faktor-faktor Pertumbuhannya"