Mengenal Apa itu “Pertanian Berkelanjutan”

Sobat Langit, sudah sering denger belum nih tentang pertanian berkelanjutan. Mike bakal berbagi tentang pertanian berkelnjutan nih.. Baca sampai selesai yah...

Pertanian (dok.pixabay)


Pengertian Pertanian Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan Menurut Kasumbogo, didefinisikan sebagai suatu sistem pertanian yang memanfaatkan sumberdaya yang dapat diperbarui (renewable resources) dan sumberdaya yang tidak dapat diperbarui (unrenewable resources) dalam rangkaian proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. 

Keberlanjutan yang dimaksud, meliputi penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan. Berkelanjutan juga dapat diartikan secara ekonomi yang dicapai dengan: penggunaan energi yang lebih sedikit, minimalnya jejak ekologi, lebih sedikit barang berkemasan, pembelian lokal yang meluas dengan rantai pasokan pangan singkat, lebih sedikit bahan pangan terproses, kebun komunitas dan kebun rumah yang lebih banyak, dan lain sebagainya. 

Pertanian berkelanjutan amat bergantung pada pengembalian nutrisi ke tanah dengan meminimalisasi penggunaan sumber daya alam non-terbarukan seperti gas alam (yang digunakan sebagai bahan baku pupuk) dan mineral (seperti fosfat). Faktor yang paling penting dalam pendayagunaan sumber daya alam di suatu lahan adalah tanah, cahaya matahari, udara, dan air.

Sejarah Singkat Pertanian Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan menjadi fenomena baru yang mulai berkembang sejak tahun 1990-an. Sistem pertanian ini muncul sebagai jawaban atas berbagai permasalahan yang diakibatkan dari penerapan sistem pertanian konvensional yang banyak menggunakan bahan-bahan kimia seperti pupuk kimia dan pestisida. 

Sistem pertanian tersebut mulai dikenal luas di kalangan petani pada sekitar tahun 1970-an dan membawa dampak positif pada kenaikan produksi pertanian yang cukup signifikan. Namun demikian, di sisi lain sistem pertanian ini juga menimbulkan dampak negatif misalnya kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan karena penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia yang terus mengalami peningkatan. 

Hadirnya sistem pertanian berkelanjutan diharapkan dapat meminimalkan dampak negatif dari sistem pertanian berbasis kimiawi, sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga. Sistem pertanian berkelanjutan seringkali disebut sebagai suatu konsep pemikiran masa depan, karena tidak hanya memberikan manfaat kepada umat manusia pada saat ini, akan tetapi juga pada waktu yang akan datang. Beberapa negara di Asia Tenggara mulai mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan, misalnya di Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Thailand mengembangkan lima pola sistem pertanian berkelanjutan yaitu sistem pertanian terpadu (integrated farming system), pertanian organik, pertanian alami (natural farming), agroforestri, dan Teori Pertanian Baru (New Theory Farming). Dari kelima pola sistem pertanian berkelanjutan tersebut, pertanian organik berkembang lebih pesat. Hal ini karena dukungan penuh dari Pemerintah Thailand, bahkan mereka memiliki agenda untuk mempromosikan Thailand sebagai “Kitchen of the world” dan “Organic producer”.

Cita-cita untuk menjadikan Thailand sebagai produsen produk-produk pertanian organik sangat erat kaitannya dengan usaha untuk membangun sistem pertanian yang berkelanjutan. Selain itu, pengembangan pertanian organik juga bertujuan untuk memenuhi permintaan dunia yang semakin tinggi akan produk-produk pertanian yang bebas bahan kimia.


Konsep Pertanian Berkelanjutan

Konsep pertanian yang berkelanjutan terus berkembang, diperkaya, dan dipertajam dengan kajian pemikiran, model, metode, dan teori-teori dari berbagai disiplin ilmu sehingga menjadi suatu kajian ilmu terapan yang diabdikan bagi kemaslahatan umat manusia untuk generasi sekarang dan mendatang. 

Pertanian berkelanjutan dengan pendekatan sistem dan bersifat holistik mempertautkan berbagai aspek dan disiplin ilmu lain yang sudah mapan, antara lain ekologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan.

Indikator pertanian berkelanjutan antara lain:

1. Ekologi

Yang berarti bahwa kualitas sumber daya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dari manusia, tanamnan, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Kedua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman, hewan serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). 

Sumber daya local dipergunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur hara, biomassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah pencemaran. Tekanannya adalah pada penggunaan sumber daya yang bisa diperbaharui. Dengan kata lain, indikator ekologi tidak menimbulkan degradasi dan tidak menimbulkan emisi.

Sistem pertanian yang bernuansa ekologis sebaiknya mengintegrasiakan sistem ekologi secara luas dan memusatkan perhatian pada upaya perawatan dan perbaikan sumber daya pertanian. Dalam prakteknya, penyimpangan terhadap kaidah-kaidah ekologi hanya akan memberikan dampak buruk bagi keseimbangan lingkungan.

2. Sosial

Sistem pertanian yang diterima secara sosial sangat menjunjung tinggi hak-hak individu petani, baik sebagai pelaku utama maupun sebagai bagian dari anggota sistem masyarakat secara keseluruhan. Sistem masyarakat pertanian mampu mengakses sumber-sumber informasi, pasar, ataupun kelembagaan pertanian. Perlakuan pelayanan pemerintah tidak dapat dibedakan atas dasar jenis kelamin, status, agama, atau etnis tertentu. Sistem sosial juga harus menjamin keberlanjutan pertanian antargenerasi; dengan keyakinan bahwa generasi sekarang menitipkan dan mewariskan bumi ini kepada generasi yang akan datang.

3. Ekonomi

Sistem pertanian harus secara rasional mampu menjamin kehidupan ekonomi yang lebih baik bagi petani dan keluarganya; paling tidak usaha pertanian harus mampu menyediakan bahan pangan dan kebutuhan dasar lainnya. Kelayakan secara ekonomi juga berarti aktivitas pertanian harus mampu menekan biaya eksternalitas sehingga tidak merugikan masyarakat dan lingkungan.

4. Kelembagaan

Aspek kelembagaan ini dapat berupa kelembagaan pemerintah (formal) ataupun non-pemerintah (informal) tergantung dari segi kepentingannya. Aspek kelembagaan sangat penting bukan hanya dilihat dari segi ekonomi pertaniaan secara keseluruhan, tetapi juga segi ekonomi pedesaan.

aspek kelembagaan merupakan hal pokok yang diperlukan agar struktur pembangunan perdesaan dapat menjadi maju. Menurut Mosher, ada tiga diantara lima syarat pokok yang dikategorikan sebagai aspek kelembagaan dalam Struktur Perdesaan Maju. Tiga syarat pokok tersebut antara lain berikut ini.

1. Pasar

Hal ini penting bagi petaniuntuk dapat membeli kebutuhan faktor produk seperti bibit, pupuk, obat-obatan, dan sebagainya. Pasar juga berfungsi sebagai tempat petani menjual hasil pertaniannya, dan bahkan, juga sekaligus tempat untuk membeli kebutuhan konsumsi.

2. Pelayanan Penyuluhan

Kelembagaan tersebut penting bagi petani untuk menerapkan teknologi baru yang ingin dicobanya.

3. Pengkreditan

Lembaga tersebut harus dapat terjangkau oleh petani, bukan saja tersedia waktu petani memerlukannya, tetapi juga murah. Kredit diperlukan oleh petani untuk membeli faktor produksi dan menerapkan teknologi baru.

Pembangunan agroekosistem setidaknya harus memenuhi empat indikator , yaitu sebagai berikut:

Produktivitas, sistem pertanian merupakan upaya peningkatan produksi per satuan waktu. Produktivitas hasil panen diperoleh dengan cara menambah biaya input atau adopsi teknologi baru, misalnya program intensifikasi atau mekanisasi pertanian.

Stabilitas, sistem pertanian menggambarkan fluktuasi produksi hasil panen setiap waktu yang disebabkan oleh perubahan agroekosistem atau serangan hama dan penyakit. Pada waktu agroekosistem cukup baik dan tidak ada serangan hama dan penyakit, pada umumnya produksi lebih tinggi.

Sustainabilitas,merupakan gambaran ketahanan sistem budi daya pertanian terhadap perubahan lingkungan atau ekonomi. Perubahan itu dibedakan menjadi dua tipe, yaitu perubahan yang bersifat menekan (stress) dan perubahan yang bersifat mengejutkan (shock). Perubahan yang bersifat menekan memiliki ciri-ciri kecil, meningkat, memberikan efek yang pasti, dan terjadi akumulasi akibat yang ditimbulkan. Misalnya: proses erosi, salinasi, atau menurunya permintaan suatu produk pertanian. Perubahan yang bersifat mengejutkan memiliki cirri yang tak terduga, dengan akibat perubahan yang sangat berarti. Misalnya, terjadinya krisis minyak bumi atau krisis ekonomi akan mengakibatkan peningkatan harga input pertanian secara tajam.

Ekuitabilitas atau kesama-rataan menggambarkan bahwa produksi pertanian dapat memberikan keuntungan yang merata atau tinggi, atau sebaliknya, tidak merata atau rendah. Ekuitabilitas usaha tani tinggi berarti sebagian besar orang dapat menikmati sejumlah hasil panen atau keuntungan dari produk pertanian.


Sumber :

bulelengkab.go.id

psdr.lipi.go.id

Cybex.Pertanian.go.id


Kebon Langit
Kebon Langit Berbagi ilmu dan informasi bermanfaat seputar pertanian

Posting Komentar untuk " Mengenal Apa itu “Pertanian Berkelanjutan”"